Telinga merupakan organ pendengaran dan
keseimbangan. Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia
menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan
di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi
dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan
sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Dalam Setiap aktivitas yang terjadi
sehari-hari, telinga merupakan salah satu indera yang sangat dibutuhkan untuk
menunjang komunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Sehingga Pengukuran Sistem Pendengaran dikatakan perlu, apabila seorang
individu ingin mengetahui tajam pendengarannya, ataupun ketika seorang individu
merasakan adanya gejala gangguan pendengaran. Dalam mengukur fungsi pendengaran
sendiri ada berbagai cara yang bisa kita lakukan, dengan menggunakan alat atau
tanpa menggunakan alat. Jika kita ingin menggunakan alat kita bisa menggunakan
garpu tala sebagai sarana utama dengan berbagai tes yang ada, seperti
menggunakan tes Rinne, tes Weber dan
juga tes Schwabach.
Selain menggunakan garpu tala, Kita juga
bisa menggunakan tes audiometri untuk mengetahui ambang pendengaran kita. Tes
bisik juga merupakan salah satu tes yang dianjurkan dalam pengukuran sistem
pendengaran.
a) Tes Rinne
Tujuan
kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga OP (orang percobaan).
Ada 2 cara melakukan tes Rinne, yaitu :
·
Cara yang pertama ialah Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara
lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid OP (belakang
meatus akustikus eksternus). Setelah OP tidak mendengar bunyinya, segera garpu
tala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus OP. Tes Rinne positif jika OP masih dapat
mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya.
·
Cara yang kedua ialah Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara
lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid OP. Segera pindahkan garpu tala di depan
meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada OP apakah bunyi garpu tala
di depan meatus akustikus eksterna lebih keras daripada di belakang meatus
akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika OP mendengarnya
lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.
Ada 3 interpretasi dari hasil
tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :
-
Normal
, Jika tes Rinne positif.
-
Tuli
konduktif, Jika tes Rinne negatif.
-
Tuli
sensorineural , Jika tes Rinne positif.
Kesalahan pemeriksaan pada tes
Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari
PP (Pemeriksa) misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu
tala mengenai rambut OP dan kaki garpu tala mengenai aurikulum PP. Juga bisa
karena jaringan lemak planum mastoid OP tebal.
Kesalahan dari OP misalnya OP
lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu tala saat
kita menempatkan garpu tala di planum mastoid OP. Akibatnya getaran kedua kaki
garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di depan meatus
akustikus eksterna.
b)
Tes Schwabach
Tujuan
kita melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
PP dengan OP.
Cara kita melakukan tes
Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus
pada planum mastoid PP (pemeriksa). Setelah bunyinya tidak terdengar oleh PP
(pemeriksa), segera garpu tala tersebut kita pindahkan dan letakkan tegak lurus
pada planum mastoid OP (Orang percobaan). Apabila OP masih bisa mendengar
bunyinya berarti Scwabach memanjang. Sebaliknya jika OP sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti
Schwabach memendek atau normal.
Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal
yaitu mengulangi tes Schwabach secara terbalik. Pertama-tama kita membunyikan
garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid OP.
Setelah OP tidak mendengarnya, segera garpu tala kita pindahkan tegak lurus
pada planum mastoid PP. Jika
PP juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach normal.
Sebaliknya jika PP masih bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek.
Ada
3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu :
-
Normal. Schwabch normal.
-
Tuli konduktif. Schwabach
memanjang.
-
Tuli sensorineural. Schwabach
memendek.
Kesalahan
pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala
tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau OP lambat memberikan
isyarat tentang hilangnya bunyi.
c)
Tes Weber
Tujuan kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien.
Cara kita melakukan tes Weber
yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus
pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi insisivus) dengan kedua
kakinya berada pada garis horizontal. Menurut OP, telinga mana yang mendengar
atau mendengar lebih keras.
Jika telinga OP mendengar atau
mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga
tersebut. Jika kedua telinga OP sama-sama tidak mendengar atau sama-sama
mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita
lakukan, yaitu :
-
Normal.
Jika tidak ada lateralisasi.
-
Tuli
konduktif. Jika OP mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.
-
Tuli
sensorineural. Jika OP mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.
Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa
terjadi pada telinga OP, yaitu :
1)
Telinga
kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.
2)
Telinga
kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih
parah.
3)
Telinga
kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.
4)
Telinga
kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih
parah.
5) Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan
telinga kiri mengalami tuli sensorineural.
No comments:
Post a Comment