1.1. Geologi Regional
Cekungan Sumatera Selatan dibatasi oleh singkapan berumur Pra-Tersier yang merupakan bagian dari Paparan Sunda di
bagian utara-timurlaut, Pegunungan Bukit Barisan di bagian baratdaya, dan
Tinggian Lampung di bagian timur. Cekungan ini tersusun dari tiga sub cekungan
besar, dari selatan ke utara yaitu Sub Cekungan Palembang Selatan,
Antiklinorium Palembang Utara, dan Sub Cekungan Jambi.
1.1.1. Kerangka Tektonik
Cekungan Sumatera Selatan merupakan
cekungan belakang busur vulkanik (back-arc
basin) yang dibentuk oleh tiga fase
tektonik utama, yaitu: (Gambar 1.1)
1.
Fase ekstensional selama Paleosen Akhir sampai Miosen Awal,
membentuk graben mengarah ke Utara yang diisi
endapan Eosen sampai Miosen Awal
2.
Sesar normal dari Miosen Awal
sampai Pliosen Awal
3. Fase
kompresional yang melibatkan batuan dasar,
inversi cekungan, dan pembalikan sesar normal pada Pliosen yang membentuk
antiklin, yang merupakan perangkap utama di daerah ini (Bishop et. al., 2001).
Gambar
1.1 Peta Lokasi dan Pola Struktur Cekungan Sumatera Selatan (Bhishop, 2001)
Sub
Cekungan Jambi di Cekungan Sumatera Selatan adalah rangkaian half-graben berumur Paleogen yang
berarah umum timurlaut - baratdaya, diantaranya adalah Tembesi high, Berembang depression,
Sengeti-Setiti high, Tempino-Kenali Asam depression, Ketaling high, East Ketaling depression, Merang
high, dan Merang depression (Gambar 1.2). Sub Cekungan Jambi memiliki dua pola struktur yang
berbeda yaitu pola struktur berarah timurlaut–baratdaya sebagai pengontrol
pembentukan graben dan pengendapan Formasi Talang Akar dan pola struktur berarah
baratlaut – tenggara yang berkaitan dengan tektonik kompresi dan menghasilkan
sesar – sesar naik dan antiklin.
Gambar 1.2 Peta Elemen Tektonik sub-Cekungan Jambi, Cekungan Sumatera Selatan
Tampak
lapangan Kenali Asam merupakan bagian daei Tempino-Kenali Asam Deep
Sejarah Cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi
menjadi tiga megasekuen tektonik yaitu:
1.
Syn-rift Megasequence (c.40 – c. 29 Ma)
Kerak kontinen di daerah Sumatera Selatan terkena event ekstensi besar
pada Eosen-Oligosen Awal akibat subduksi di sepanjang palung Sumatera.
Ekstensi ini menghasilkan pembukaan beberapa half-graben
yang geometri dan orientasinya dipengaruhi oleh heterogenitas basement.
Kemudian, terjadi ekstensi yang berorientasi Barat-Timur menghasilkan horst
dan graben yang berarah Utara Selatan. Sumatera Selatan telah berotasi
sebesar 150 sejak Miosen menurut Hall (1995) yang menghasilkan
orientasi graben menjadi
berarah Utara-Baratlaut dan Selatan-Tenggara.
2.
Post-rift Megasequence (c.29 – c.5 Ma)
Endapan post-rift di Sub Cekungan Palembang mencapai ketebalan 13.000 kaki,
hal ini disebabkan oleh subsidence yang tinggi dan muka laut relatif yang juga tinggi
menyebabkan transgresi berkepanjangan.
3.
Syn-orogenic/Inversion Megasequence (c. 5 Ma – sekarang)
Event
orogen yang menyebar luas, orogenesa Barisan, muncul di sepanjang Sumatera Selatan. Lipatan transpressional
yang berorientasi memanjang pada arah Baratlaut-Tenggara terbentuk sepanjang
cekungan dan memotong tubuh syn-rift di bawahnya. Kebanyakan perangkap
struktural di bagian tengah cekungan ini dimulai pada megasekuen ini.
Gambar 1.3. merupakan skematik tektonostratigrafi Cekungan
Sumatera Selatan
Gambar 1.3. Skematik Tektonostratigrafi Cekungan Sumatera
Selatan
1.1.2. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional Sub Cekungan Jambi yang merupakan bagian dari Cekungan
Sumatera Selatan tersusun oleh (Gambar
1.4) :
1.
Basement Pre-Tersier
2.
Formasi Lahat
3.
Formasi Talang Akar
4.
Formasi Baturaja
5.
Formasi Gumai
6.
Formasi Air Benakat
7.
Formasi Muara Enim
8.
Formasi Kasai dan
9. Endapan Alluvial
Batuan Dasar Pre-Tersier
Tidak ada informasi tentang Batuan dasar
Pre-tersier yang menjadi alas seluruh endapan tersier di Lapangan Kenali Asam.
Kajian pada lapangan lain di sekitar lapangan ini menunjukkan kehadiran batuan
dasar sebagai batuan metamorf derajat rendah seperti sabak, filit, dan kuarsit
dengan pirit dan kuarsa di dalam rekahan. Batuan dasar ini diperkirakan berumur
Kapur.
Endapan Rift berumur Oligosen
LAF (Lahat Formation)
Formasi Lahat terdiri dari endapan vulkanik, kipas
aluvial, dataran banjir, dan lakustrin. Penyebarannya dikontrol oleh graben,
yang dibagian atasnya ditutupi secara tidak selaras oleh endapan berumur Oligosen
Akhir sampai Miosen Tengah. Memiliki ketebalan > 2000 m terutama dibagian
tengah graben, dan pada bagian tinggian endapan ini tidak dijumpai. Formasi
Lahat ekivalen dengan Formasi Lemat di area Pendopo (bekas wilayah STANVAC).
Pembagian secara lebih terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Di bagian bawah berupa endapan vulkanik
Kikin yang terdiri dari aliran lava andesit dan piroklastik
(dapat mencapai ketebalan 800 m).
• Di bagian tengah diendapkan anggota klastik
kasar Lemat yang terdiri dari endapan kipas aluvial
dan dataran aluvial (ketebalan beberapa
ratus meter).
• Di
bagian atas diendapkan anggota Serpih Benakat yang berselingan dengan lapisan
batubara
(ketebalan 400 – 600 m).
Endapan berumur Oligosen Akhir
sampai Miosen Tengah
TAF (Talang Akar Formation)
Formasi Talang Akar (TAF)
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Lahat (LAF) dengan ketebalan
> 1000 m pada bagian terdalam dan seringkali tidak muncul pada daerah
tinggian. Di bagian bawah berupa endapan progradasi yaitu endapan aluvial dan
dataran delta dan di bagian atas berupa endapan transgresif yaitu endapan tebal
batupasir dengan sedikit sisipan serpih dan lapisan batubara. Formasi ini mulai
diendapkan pada akhir Oligosen (N2/N3)
Anggota Transisi (Transitional
Member)
Anggota Transisi berubah
secara berangsur ke arah atas menjadi Formasi Baturaja (BRF) yang didominasi
oleh endapan batugamping. Pada umumnya memperlihatkan kontak selaras, namun
pada bagian pinggir cekungan memperlihatkan kontak tidak selaras dengan batuan
dasar tanpa adanya endapan Formasi Talang Akar (TAF). Hal ini menunjukkan bahwa
proses transgresif berlangsung secara menerus setelah diendapkannya Formasi
Talang Akar (TAF).
BRF
(Baturaja Formation)
Batugamping ini berkembang
dari Sub Cekungan Palembang Selatan ke arah utara ke Sub Cekungan Jambi. Pada
bagian terdalam dari Sub Cekungan Jambi dan Palembang Tengah, batugamping
Formasi Baturaja (BRF) digantikan oleh endapan marine berupa serpih gampingan yang seringkali tidak bisa
dipisahkan dengan Formasi Gumai (GUF) berupa endapan serpih. Ke arah timur
batugamping memperlihatkan perselingan dengan batulumpur karbonatan dan
batupasir. Batugamping ini berupa karbonat platform dan secara lokal di bagian
atasnya berupa reef build-up,
memiliki ketebalan 60–100 m namun kadang-kadang dapat mencapai 200 m apabila
berupa reef build-up. Formasi
Baturaja diendapkan pada N5 sampai dengan pertengahan N6.
GUF (Gumai Formation)
Formasi ini menyebar dari arah timurlaut dan
timur sampai ke Paparan Sunda, dan hadir sebagai endapan marine dari suatu laut terbuka. Formasi Gumai didominasi oleh
endapan serpih terutama di Cekungan Sumatera Selatan dan beberapa lapisan tipis
batugamping (stringer) di daerah
Jambi, lapisan vulkanik, serta setempat sisipan batulanau dan batupasir halus,
memiliki ketebalan berkisar dari 450–750 m, pada bagian tengah Sub Cekungan
Jambi ketebalannya dapat mencapai 1.735 m, sedangkan di Sub Cekungan Palembang
Selatan ketebalannya dapat mencapai 2.100 m.
ABF (Air Benakat Formation)
Formasi ini diendapkan secara
selaras diatas Formasi Gumai (GUF), terdiri dari endapan batupasir, perselingan
dengan serpih dan batugamping (setempat), kadang-kadang dijumpai lapisan
batubara, diendapkan pada lingkungan marine
terutama di daerah tidal-to-wave
influence deltaic. Endapan klastik ini membaji ke arah tenggara yaitu ke
arah Sub Cekungan Palembang Tengah dan Palembang Selatan. Endapan yang
berpotensi sebagai reservoir terutama pada fasies distal. Formasi Air Benakat
memiliki ketebalan berkisar antara 850 – 950 m dan pada bagian utara memiliki
ketebalan 1400 – 1500 m.
Siklus Pengendapan akhir
Miosen Tengah sampai Miosen Akhir
MEF (Muara Enim Formation)
Siklus
pengendapan transgresif – regresif diawali dari Formasi Air Benakat (ABF) yang
berubah secara perlahan menjadi Formasi Muara Enim (MEF) yang terdiri dari
perselingan serpih karbonatan, batulanau, batupasir, dicirikan oleh melimpahnya
lignit (satu lapisan lignit dapat mencapai ketebalan 30 m), dan sisipan tufan
seringkali dijumpai secara lokal.
Endapan Termuda (Pliosen-Pleistosen)
Kasai
Formation
Formasi
Kasai diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Muara Enim (MEF) terutama
di bagian tengah cekungan, hadir sebagai perselingan endapan vulkanik klastik
dengan serpih bentonit serta sisipan lignit.
Aluvial dan Vulkanik Kuarter
Pada bagian
atas Formasi Kasai diendapkan endapan aluvial dan vulkanik Kuarter dengan
kontak tidak selaras.
Gambar 1.4 merupakan gambar skematik kronostratigrafi Cekungan
Sumatera Selatan
Gambar 1.4 Skema Kronostratigrafi untuk Cekungan
Sumatera Selatan